Sabtu, 15 Agustus 2009

Bahkan Di Jalan Pun Berserakan Kebijaksanaan


Anda tentu masih ingat dongeng tentang asal muasal persetruan antara semut dan
gajah. Konon penyebabnya adalah gara-gara sang gajah suka menginjak semut.
Gajah adalah metafor bagi penguasa alias orang-orang besar, sedangkan semut
mewakili orang-orang kecil. Kalau diinjak-injak terus, orang kecilpun pada
akhirnya akan habis kesabaran, dan kemudian melawan. Namun, tahukah Anda bahwa
didunia ini ada ’sesuatu’ yang diinjak-injak seberat apapun dia tetap bersabar,
dan menjalankan fungsinya dengan baik. Dia tidak tersinggung sekalipun
ditempatkan lebih rendah dari alas kaki kita. Dilindas, dan dilibas. Dia tetap
saja tersenyum, dan tidak henti-hentinya memberikan panduan. Anda tahu siapakah
yang memiliki sifat seperti itu? Anda benar. Dia adalah ’marka jalan’.

Sekarang, mari kita bayangkan seandainya kita berkendara dijalan raya yang
tidak memiliki garis putih marka yang membatasi lajur kiri dengan lajur kanan.
Sangat beresiko, bukan? Apalagi jika perjalanan itu ditempuh dimalam hari. Kita
akan sangat membutuhkan marka jalan. Jika tidak ada marka jalan, kita menjadi
gamang. Jika terlalu kekiri, kita bisa terperosok kejurang. Tapi, kalau
terlampau kekanan, kita bisa bertabrakan dengan kendaraan dari arah depan.
Namun, karena ada marka jalan itu; kita bisa berkendara dengan tertib dan aman.
Oleh sebab itu, orang yang ingin selamat dalam perjalanan mesti mematuhi aturan
yang diwakili oleh marka jalan itu.

Dikantor pun, ada ’marka’ yang harus kita patuhi. Yaitu, aturan-aturan yang
jika kita semua mengikutinya, maka kita akan bisa menjadi karyawan yang hebat.
Contoh sederhana dari aturan dikantor yang pantas kita ikuti adalah etika masuk
kerja. Tidak ada kantor yang menghendaki kita masuk dan keluar dengan sesuka
hati. Sehingga jika kita tidak mematuhinya, maka kita tidak termasuk karyawan
hebat itu. Kadang-kadang kita berkilah; ’yang penting pekerjaan saya kan
selesai’. Benar, tugas kita adalah menyelesaikan pekerjaan kita. Namun, bekerja
sama sekali bukanlah sekedar menyelesaikan pekerjaan. Sebab, ada aspek lain
yang menuntut komitmen kita, semisal; kualitas dari pekerjaan yang kita
selesaikan. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikannya. Juga
dampak yang ditimbulkannya kepada departemen atau orang lain atas apa yang kita
kerjakan.

Meskipun selesai, tetapi jika pekerjaan orang lain tertunda hanya karena kita
terlambat menyelesaikan bagian kita; maka kualitas pencapaian secara
keseluruhan menjadi rendah. Lagipula, orang-orang yang merasa puas hanya dengan
’menyelesaikan’ pekerjaannya tidak bisa menjadi karyawan hebat. Mengapa? Karena
sekedar menyelesaikan pekerjaan standar tidak menjadikan dia unggul. Selain
itu, karyawan hebat mesti pantas untuk diteladani. Bagaimana kita menjadi
teladan jika tidak berdisiplin?

Jika kita perhatikan, marka jalan diatas aspal itu ada beragam macam. Ada yang
berupa garis terputus-putus, dan ada juga garis yang tidak terputus. Kita boleh
melewati garis yang terputus, misalnya saat hendak menyelip kendaraan lain.
Tapi, garis yang konsisten tidak boleh dilewati. Sama seperti hidup kita; ada
hal-hal yang boleh kita lakukan dan ada hal-hal yang sama sekali tidak pantas
kita lakukan. Orang-orang yang melintasi garis tak terputus sama saja
mempertaruhkan keselamatan perjalanannya. Orang-orang yang melakukan sesuatu
yang tidak pantas sama artinya mempertaruhkan kehormatan mereka. Itulah
sebabnya mereka yang ingin selamat diperjalanan selalu menahan diri untuk tidak
melanggar garis tak terputus itu. Dan orang-orang yang ingin hidupnya selamat
menahan diri dari melakukan perbuatan-perbuatan tak senonoh.

Memang, kadang-kadang kita sangat membenci aturan. Kita ingin hidup sesuka hati
tanpa aturan. Tetapi, jika setiap orang boleh melakukan apapun yang
diinginkannya, mau jadi seperti apa kehidupan ini? Seseorang boleh mengambil
milik orang lain, jika dia berani. Dan orang yang merasa terampas haknya boleh
membalas, jika dia punya kekuatan. Maka lingkungan kita akan menjadi arena
sikut-sikutan. Dan jadilah dunia kita penuh dendam dan pembalasan. Bukankah
kita tidak menginginkan kehidupan seperti itu?

Pendek kata, kita memang membutuhkan aturan dalam hidup. Jika kita ingin
selamat; sebaiknya memang kita mematuhi aturan yang berlaku. Baik aturan
dijalan raya. Aturan dikantor. Terlebih lagi aturan yang digariskan oleh Tuhan.
Aturan dijalan raya memperbesar peluang kita untuk mendapatkan keselamatan
selama di perjalanan. Aturan dikantor dan tempat kerja memperbesar peluang kita
untuk bisa membangun karir dan prestasi tinggi. Sedangkan aturan dari Tuhan
memperbesar peluang kita untuk selamat didunia dan diakhirat.

0 komentar:


Blogspot Templates by Isnaini Dot Com and Hot Car Pictures. Powered by Blogger